Ketika MAHAMERU Sudah Di Depan Mata Sedang Hati dan Mulut Bercecap Sembari Berdoa


Sembari mendengarkan playlist spotify yang tetiba memutar lagu nya nidji – di atas awan saya jadi teringat bagaimana pengalaman perjalanan ke gunung semeru kemarin. Rasa-rasanya perjalanan itu baru saya lakukan kemarin hari, menikmati panjangnya trek pendakian, udara malam yang sangat dingin di ranu kumbolo yang membuat menggigil di badan, siluet mentari dan sejuknya udara pagi ranu kumbolo, dan bagaimana nikmatnya potongan buah semangka yang semakin ke atas ukurannya semakin tipis. Ah, tetiba terlintas begitu saja semua kenangan yang kemarin.

Pemandangan Bromo

H-90 Hari, “man, gimana nih simaksi dan lain-lain ?” kataku kepada rahman waktu itu, “tenang fiz, ini info masih ngga jelas kapan buka nya, nunggu fix nya aja dulu ya” kata rahman. Karena waktu itu memang belum ada kepastian dan kejelasan kapan semeru akan dibuka. Ya, Gunung Semeru melakukan pentutupan total untuk pendakian dari awal tahun 2017 kemarin. Banyak banget isu-isu yang bilang bakal dibuka april, atau dibuka mei, atau nanti setelah puasa.

*Scrolling timeline IG “nih man, fiz semeru buka awal april” kata ega…Hemm seneng banget denger berita resminya, dan sekarang saatnya berburu kuota di tanggal yang kita tentuin. Nah untuk saat ini di hari libur/tanggal merah per orang dikenakan tarif sebesar Rp. 22500/hari, pembayaran bisa melalui teller bank BNI ataupun ATM. Klo mau langsung bayar di lokasi bisa aja sih (asal kuota per hari belum penuh).

Bukti Stor Uang Pendaftaran

Bret..bret…sampai lah di hari H, karena memang hari libur dan ada beberapa hari yang bisa ambil cuti, jadi di tanggal 21 april kemarin penerbangan sedang penuh-penuhnya dan jalanan di Jakarta sangat ramai bin padat. Beberapa anggota tim pendakian akhirnya tidak dapat menaiki pesawat dari Jakarta menuju Surabaya karena padatnya Jakarta malam itu.

Kami berkumpul di terminal 1B bandara Juanda, jumat malam dini hari beberapa dari kami sudah tiba di Juanda, setelah semua komplit dan sudah memastikan bahwa teman-teman yang tidak bisa terbang ke Surabaya tidak jadi ikut pendakian ini, kami menunggu satu lagi ibu juru masak kami (Jeany) yang bawaannya bejibun jibun, yang saya ingat ada 3 kardus coklat yang lumayan besar, 2 bungkus plastik besar berwarna putih yang isinya adalah sayur mayur, sedangkan satu lagi berisi nasi siap makan dan ayam buatan mama nya (ayamnya enak).

Skip..skip..perjalanan ke malang seperti biasa karena emang lengang banget jalanan, kami sampai di malang pukul 3.30 pagi dan bertemu dengan mobil yang sudah kami sewa di stasiun besar malang. Drama terjadi lagi disini, karena kami tidak ada yang sama-sama tahu mengenai prosedur dan kesepakatan antar sesama mode transportasi yang ada di malang, jadilah mobil kami di satroni preman stasiun yang menganggap bahwa mobil sewaan kami telah menyalahi aturan karena mengangkut penumpang pendakian dari tempat yang tidak seharusnya. Jadi begini teman-teman, klo kamu mau naik mobil sewaan, lebih baik mepo nya jangan di stasiun besar malang, karena disana sudah ada kesepatan setiap pendaki yang akan ke semeru “harus” naik mode transportasi angkot yang memang sudah memiliki kesepakatan, itupun hanya sampai ke pasar tumpang, dari tumpang naik apa ? nah ini juga jangan memilih mepo di pasar tumpang, disini juga ada kesepakatan “harus” naik jeep/rooftop, jadi kalo mau naik mobil sewaan bisa janjian di lapangan rampal malang (saran saya).

Oke setelah berdebat agak panjang dengan para preman stasiun dan berujung pada pemberian upeti sebesar 10ribu per orang, akhirnya mobil kami diperbolehkan untuk lanjutkan perjalanan ke ranu pane.

Udah ah ya prolognya panjang banget….

Selamat Datang Di Ranu Pani

Sampailah kami di ranu pane, ini adalah desa terakhir yang bisa ditempuh menggunakan kendaraan. Selanjutnya perjalanan menuju mahameru harus ditempuh menggunakan kaki. Oia di ranu pane ini harap teman-teman perhatikan, JANGAN SEKALI-KALI MEMBAWA SURAT KESEHATAN PALSU apa ini maksudnya ? SURAT KESEHATAN yang diterima hanya surat kesehatan yang memiliki cap basah dari rumah sakit dan di tanda tangani oleh dokter. Karena kami baru tahu setelah sampai disana, sehingga ada sedikit drama yang kami alami, “ayo mau tetep jalan atau kita pulang nih semua nya” kataku ke teman-teman perjalanan, karena memang kami ngga mau ada satupun yang tidak berangkat karena sudah sampai di ranu pane, klo satu anggota tim tidak berangkat kami semua juga tidak akan berangkat. Lama sudah kami mutar otak bagaimana caranya agar bisa dapat surat sehat yang benar, akhirnya diputuskan beberapa dari kami harus ke rumah sakit di TUMPANG, dan jarak yang lumayan karena ranu pane – tumpang harus ditempuh selama 2,5 jam perjalanan pergi pulang. Oke baiklah, lebih baik menunggu daripada tidak berangkat sama sekali.

Waiting…

Sembari itu semua, teman-teman harap mengisi form kelengkapan yang sudah disediakan oleh TNBTS. Form apa itu ? itu form berupa checklist kelengkapan barang-barang yang dibawa pada pendakian, baik kelengkapan tim, ataupun kelengkapan individu. Semua harus detail diisi, oia ini tujuannya untuk mendata dan memastikan bahwa barang yang teman-teman bawa naik jangan ditinggal diatas dan harus dibawa turun. Karena GUNUNG bukan tempat sampah, jadi jaga bareng-bareng ya.

Oke beberapa teman yang berangkat ke tumpang tadi telah kembali. Wajah mereka kami lihat kelelahan, dan satu yang kami mereka lapar, hehee 😀 setelah beres semua kami antri untuk mengikuti briefing yang WAJIB diikuti oleh semua pendaki. Briefing ini HARUS diikuti dan WAJIB karena di dalam briefing ini kita akan diberi tahu bagaimana hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan selama pendakian ke mahameru. Ijin pendakian hanya sampai di kalimati lebih dari itu TNBTS tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendaki, JANGAN mendaki malam hari apalagi selepas pos 3, di cemoro kandang ke atas selepas magrib sering ditemukan panther pardus (macan tutul), nanti di oro-oro ombo ada tanaman namanya “verbena brasiliensis” tanaman yang lebih mirip lavender dan kece ini boleh dipetik, karena tanaman ini hama di oro-oro ombo dan bukan tanaman endemik semeru dan menyerap air yang banyak sehingga membunuh tanaman di sekitarnya termasuk edelweiss, boleh dipetik tapi disarankan tidak dibawa turun, nanti di kalimati jangan mendirikan tenda diluar camping ground dan jika mau ambil air di sumber mani (kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari kalimati) jangan terlalu sore karena disitu juga adalah jalur lintasan hewan buas, oke kalo memang memaksakan ke puncak mahameru tolong diperiksa kelengkapan barang, kesiapan fisik dan pastikan memang fit, jika tidak lebih baik tidak usah berangkat. Jika mendengar teriakan “batu”, “rocks”, “watu”, atau apapun yang berhubungan ama batu sebaiknya lihat kemana arah batu itu meluncur dan hindari ke arah lain, dan jika turun dari puncak jangan sembrono tetap hati-hati karena salah sedikit akan menuju ke blank 75, dan jangan asal prosotan dari puncak mahameru.  Itu catatan kecil yang saya ingat dari briefing yang kami ikuti, ada baiknya untuk teman-teman pendaki memperhatikan betul, karena sampai tulisan ini saya buat sudah ada 3 korban di mahameru, padahal belum ada 3 bulan sejak dibuka ya.

 

Briefing Pendakian Semeru
Menyimak Briefing Pendakian Semeru

Kami yang memulai perjalanan agak sore, mulai memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pendakian ini tidak akan sampai ke puncak mahameru. Okelah akhirnya di putuskan bahwa pendakian kami hanya sampai di ranu kumbolo (2400mdpl).

Pintu Masuk Pendakian Semeru

Teman-teman jangan kawatir, tetap bawa perbekalan yang memadai ya meskipun di sepanjang pos 1 hingga pos 3 akan ada tenda-tenda kecil yang berjualan makanan ringan, semua memiliki menu sama dan yang paling nikmat memang hanya semangka yang entah kenapa semakin ke atas dijual dengan harga yang sama tapi dengan ukuran yang semakin tipis 😀

Lelah ya mbak..

Kami sampai di ranu  kumbolo malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, sampai disana kami dirikan tenda dan ada yang mulai memasak air hangat atau mie untuk memenuhi perut kami yang kedinginan karena memang hujan turun waktu sore hari.

We keep this love in a photograph

We made these memories for ourselves

Where our eyes are never closing

Tenda berdiri, perut terisi saatnya tidur. Saya memilih untuk memejamkan mata terlebih dahulu sedangkan teman-teman lainnya memilih untuk menunggu bintang muncul dan membentuk milkyway nya sendiri.

Selalu ngga berbeda dari setiap pendakian, di malam hari pasti saya menggigil ngga karuan yang saya yakin ini karena sleeping bag saya yang ngga bener. Soalnya yang lain pada anteng tidurnya. Pukul 02.00 dini hari saya menggigil ngga karuan, dan ini membuat saya teriak-teriak sendiri di tenda begitu tahu kalo pintu tenda ngga ditutup “kurangajaaar” teriakan saya sambil menggigil ngga karuan. Saya piker ini anak-anak pada malas nutup pintu dah, akhirnya saya tutup dan ternyata ngga bisa. Oke, ternyata bukan karena anak-anak ngga nutup tapi emang pintu tenda nya yang rada-rada deh malam itu.

Tanda Jalan

……………..skip

Sunrise pagi ini di ranu kumbolo tampak sendu tertutup kabut. Tak apa batin kami hari ini seperti ini, tapi jangan besok pagi ya. Dan benar keesokan harinya ranu kumbolo menyambut kami dengan keindahannya, seakan ingin menyampaikan salam perpisahan kepada kami karena memang kami harus turun hari senin ini.

Ranu Kumbolo Pagi Hari

Oia sebelumnya kami sempat jalan-jalan hingga ke jambangan. Gila ya track nya, sumpah bikin seneng, takjub dan bikin ngilu. Gimana ngga jalan mah nanjak mulu, ngga ada santai-santainya.

Padang Oro-Oro Ombo
Capture by Khikmatul Maula

Perjalanan ke jambangan jadi mengingatkan saya kepada seorang bapak-bapak yang sumpah dah jenaka banget, kami bertemu di perjalanan dan mengobrol entah untuk beberapa kali. Yang saya paling ingat dari ucapan beliau adalah pada saat kami bertanya kepada pendaki lain tentang jarak ke jambangan beberapa waktu lagi.

A : saya

B : mas-mas pendaki lain

C : si bapak

A : “mas, ke jambangan masih jauh nggak ?”

B : “ngga mas dikit lagi, abis ni naik bukit itu, lalu lurus nanti naik dikit lagi udah sampai, wes keliatan itu mas deket ko”

A : “oh gitu mas” sambil nafas terengah-engah

C : “bintang yo ketok mas (bintang yo keliatan mas), iki aku wes tuo di bujuki ae ket mau ngomong e cidek pak (ini aku sudah tua di tipu aja daritadi ngomongnya udah deket pak” — ini si bapak ngos-ngosan juga

Hahaa..kami di buat ketawa sama obrolan si bapak ini, karena memang hal yang lumrah sebenernya klo di gunung pada suka gitu. Bilang deket taunya masih bikin gempor aja naiknya.

Jambangan 2600Mdpl
Capture by Abdurrahman Wahid

Perjalanan kali ini memang hanya sampai di jambangan. Masih ada kalimati, sumber mani dan puncak mahameru yang belum kami jejaki langkah kami. Di jambangan kami melihat puncak mahameru yang gagah dan indah sekali. Tertata dalam lisan dan hati kami bahwa suatu waktu nanti kami akan kesana. Menjejakkan kaki kami di puncak mahameru seraya bersujud syukur di tanah tertinggi di pulau jawa.

Untuk teman-teman yang mau kesana, persiapkan fisik nya, persiapkan mental dan yang jelas persiapkan semua kelengkapan yang memang dipersyaratkan. Ingat GUNUNG bukan tempat main-main, disana kita dididik untuk bersyukur, dan mengagungkan TUHAN.

Sejatinya tujuan dari semua perjalanan adalah dapat pulang dengan selamat.

Narsis di Jambangan
Capture by Abdurrahman Wahid

Diketik dini hari tadi, sembari memilih album foto perjalanan kemarin

Terimakasih teman-teman pendaki koplak

 


3 thoughts on “Ketika MAHAMERU Sudah Di Depan Mata Sedang Hati dan Mulut Bercecap Sembari Berdoa

Leave a comment